Stroke terjadi bila sebatang pembuluh darah yang membawa darah ke otak pecah atau tersumbat atau terjadinya gang­guan sirkulasi pembuluh darah yang menyediakan darah ke otak. Di Amerika, stroke adalah penyakit umum ketiga yang menyebabkan kematian terbesar setelah penyakit jantung dan kanker.

Terdapat tiga mekanisme terjadinya stroke, yaitu: (1) trombosis, yaitu adanya penyumbatan oleh trombus yang terbentuk pada dinding arteri otak, yang merupakan penye­bab utama; (2) embolisme, yaitu terhambatnya pembuluh darah oleh sebuah embolus. Embolisme terjadi pada semua usia, terutama orang-orang yang pernah mengalami pem­bedahan jantung atau yang menderita rematik jantung; (3) hemoragi, yaitu pecahnya arteri otak akibat tekanan darah tinggi yang dapat terjadi pada semua usia.

Gejala-gejala yang paling umum timbulnya stroke ini adalah terjadinya iskemik, yang ditandai dengan sakit ke­pala, hilangnya keseimbangan, gangguan penglihatan, dan hilangnya kemampuan berbicara dengan jelas atau kemam­puan untuk memaharni apa yang dikatakan lawan bicara. Risiko terbesar terjadi adalah pada minggu pertama setelah timbulnya gejala-gejala ini.

Bila yang terserang adalah otak sebelah kiri, yang akan terganggu adalah tubuh sebelah kanan. Bila yang terserang adalah otak sebelah kanan, yang akan mengalami gangguan adalah tubuh sebelah kiri. Mereka yang pernah terserang stroke biasanya mengalami kesulitan berjalan dan berbicara. Sel-sel otak yang rusak karena stroke fungsinya akan diam­bil-alih oleh sel-sel otak lainnya. Akan tetapi, sel-sel yang menggantikan ini perlu dilatih untuk bisa berfungsi baik. Oleh karena itu, latihan yang disertai dengan semangat untuk sembuh merupakan hal yang penting dilakukan.

Berikut ini adalah faktor pemicu stroke:

(1) Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama pemicu stroke karena hipertensi dapat me­nyebabkan ateroskierosis, yaitu pengerasan dan penyum­batan arteri.

(2) Diabetes. Kadar gula yang tinggi dalam pembuluh da­rab akan menyebabkan pembuluh darah menjadi lemah.

(3) Kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok merupakan penyebab penyakit jantung dan ateroskierosis. Merokok membuat darah lebih mudah menggumpal dan me­nyempitkan pembuluh darah.

(4) Alkohol. Alkohol dalam bentuk apapun dapat mening­katkan tekanan darah sehingga para peminum alkohol berisiko tinggi terserang stroke hemoragik yang me­matikan itu.

(5) Kolesterol. Kolesterol dapat menyebabkan ateroskierosis dan penyakit jantung. Oleh karena itu, makanlah lebih banyak sayur-sayuran, buah-buahan, dan padi-padian. Kurangi makan daging dan produk-produk susu.

(6) Obesitas. Obesitas sering kali merupakan penyebab penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi.

Sejak dua tahun terakhir ini stroke menduduki peringkat pertama penyebab kematian di Indonesia. Tingginya angka kematian akibat serangan pada otak itu antara lain karena tidak diperhatikannya kecukupan nutrisi makanan pada penderita pasca-stroke dan faktor komplikasinya. Pemberian obat-obatan saja kepada penderita (selama ini) terbukti banyak mengalami kegagalan. Upaya yang dilakukan untuk menekan tingkat mortalitas itu adalah dengan menerapkan program pemberian nutrisi berimbang, yang selama ini diabaikan. Pemberian makanan dengan kadar nutrisi tertentu terbukti dapat menurunkan angka kematian dari 40 persen menjadi 20 persen di RSCM Jakarta.

Selain di rumah sakit tersebut, Teguh AS Ranakusuma dari Klinik CVD Neurogeriatri FKUI/RSCM Jakarta pada Simposium Permasalahan Nutrisi pada Stroke di Jakarta, Sabtu (19/2), menguraikan, uji coba sejaktahun 1998 ini juga dilakukan di Surabaya, Bandung, dan Medan.

Penelitian tentang status nutrisi pada stroke ini merupakan yang pertama kali di Indonesia. “Secara statistik hasilnya belum bermakna, karena itu diperlukan penelitian lebih terencana dengan segala aspeknya," tambahnya.

Dijelaskan Teguh, penelitian tata laksana nutrisi dilakukan pada kasus stroke dengan kesulitan menelan, yaitu melibatkan 36 pasien. Selain itu disertakan pula pasien dengan gangguan asupan makanan karena depresi dan penurunan kesadaran.

"Penelitian selama 14 hari menunjukkan adanya peningkatan albumin dan protein, masing-masing 12 dan 4,5 persen," paparnya. Ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Karena, jelas Teguh, masalah utama pada stroke adalah gangguan metabolisme protein, sehingga terjadi disintegrasi neuro-peptida, neuro-transmiter, dan neuro-endokrin. Padahal, protein merupakan pembentuk ketiga faktor tersebut, yang berfungsi sebagai sarana komunikasi sistem organ dan antarneuron.

"Pemberian obat dan nutrisi seimbang dapat mempercepat restorasi sistem otak dan organ, sehingga kualitas hidup pasien pasca-stroke dapat meningkat dan memperkecil serangan berulang," lanjutnya.

Kebutuhan nutrisi

Sementara itu, pada seminar yang diselenggarakan Bagian Neurologi FKUI/RSCM itu, Sri Rahayuningsih Sutjahjo dari Bagian Gizi FKUI menambahkan, tujuan pemberian nutrisi adalah untuk mempertahankan fungsi neurologik, menghambat kehilangan massa bebas lemak (otot) dan fasilitasi pengembalian fungsi tubuh secara maksimum.

Pada stroke akut, kata Sri lebih lanjut, sangat sulit ditentukan kebutuhan nutrisi tiap pasien, karena munculnya reaksi hipermetabolik (metabolisme yang berlebihan) akibat gangguan fungsi hipotalamus di otak. Karena itu, pemberian nutrisi pada masa penyembuhan atau pasca-stroke memerlukan perhatian pada pemenuhan jumlah kebutuhan dan bentuk pemberian nutrisi.

Pada masa penyembuhan ini, penderita harus belajar kembali banyak hal, antara lain memenuhi kebutuhan gizinya melalui makan. "Makan menjadi hal yang sulit, bukan hanya disebabkan oleh gangguan motorik pada anggota badan, tetapi juga kesulitan menelan karena adanya gangguan koordinasi menelan dan fungsi yang menjaga saluran napas, dan muntah," ujarnya.

Fungsi menelan pada pasien stroke dapat pulih sebagian atau seluruhnya, namun perhatian dan bantuan diperlukan sampai keadaan pulih kembali. Kesulitan menelan sering kali menyebabkan kurang gizi karena konsumsi makanan yang tidak cukup. Modifikasi diet perlu dilakukan secara individu, sesuai dengan jenis dan beratnya gangguan fungsi serta faktor risiko. Hal ini diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, tekanan darah, dan biokimia darah.

Bila terdapat gejala gangguan saluran cerna, Sri menyarankan, dapat diberikan makanan yang mudah dicerna dan diabsorbsi. Sedangkan untuk penderita hipertensi diberikan diet rendah garam; pengidap kolesterol dan asam urat tinggi juga harus dibatasi makanannya yang mengandung unsur tersebut.


|
This entry was posted on 18.47 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: